Kamis, 09 Agustus 2018

Cerpen karya Dedi


Idris Anak yang Jujur
Karya :DWA

          Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Idris.
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil berapa Idris?” tanya Om black. “Biasa saja.”jawab Idris. Om Blackl mengambil sejumlah koran  yang biasa dibawa Idris untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.
Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Idris setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan hati gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab.
Ketika Idris sedang mengendrai sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Idris jadi gemetaran. Ia merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom dimana-mana. Idris khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut.
Ia bertanya-tanyanya dalam hati. Idris segera membuka bungkusan dengan hati-hati. Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya. Wah apa ini tanyanya dalam hati. Milik siapa, ya? Idris membolak-balik cincin dan kalung yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. Ohh kan milik Pak eka. Kasihan sekali Pak Eka , rupanya ia telah kecurian.
Apa yang diperkirakan Idris itu memamg benar. Rumah Pak Eka telah kemasukan maling tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya terjatuh. Idris dengan segera memberitahukan Pak Eka. Ia menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Eka karena perhiasan milik istrinya telah kembali.Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur.
Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Eka memberikan modal kepada Idris untuk membuka kios di rumahnya. Kini Idris tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Idris digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.

1 komentar:

Literasi Bulan Oktober

Literasi Dugas kali ini paparan Literasi di lapangan. Paparan Literasi diwakili empat orang siswa dari kelas 7 C dan 7 D, kelas 8 C, dan kel...