Idris
Anak yang Jujur
Karya
:DWA
Udara
pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang
anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan
anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Idris.
Menjelang
pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit.
“Ambil berapa Idris?” tanya Om black. “Biasa saja.”jawab Idris. Om Blackl
mengambil sejumlah koran yang biasa
dibawa Idris untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.
Ia
mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya.
Begitulah pekerjaan Idris setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para
pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan hati gembira, ikhlas dan rasa
penuh tanggung jawab.
Ketika
Idris sedang mengendrai sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda.
Benda tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Idris jadi
gemetaran. Ia merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan
bom dimana-mana. Idris khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada
akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut.
Ia
bertanya-tanyanya dalam hati. Idris segera membuka bungkusan dengan hati-hati.
Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan
lainnya. Wah apa ini tanyanya dalam hati. Milik siapa, ya? Idris membolak-balik
cincin dan kalung yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena
ada kartu kredit di dalamnya. Ohh kan milik Pak eka. Kasihan sekali Pak Eka ,
rupanya ia telah kecurian.
Apa
yang diperkirakan Idris itu memamg benar. Rumah Pak Eka telah kemasukan maling
tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah
dikumpulkannya terjatuh. Idris dengan segera memberitahukan Pak Eka. Ia
menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Eka karena
perhiasan milik istrinya telah kembali.Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh
ke tangan orang yang jujur.
Sebagai
ucapan terima kasihnya, Pak Eka memberikan modal kepada Idris untuk membuka
kios di rumahnya. Kini Idris tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk
menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan
untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Idris digantikan oleh
saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah
kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.
Bagus
BalasHapus