Jumat, 17 Agustus 2018

Guru Mencipta

CERITA NOSTALGIA DAN PETUALANGAN MASA SMP


MISTERI DANAU TUA


Oleh : Liza Febrienty

(Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMPN 231 Jakarta )

Sabtu Sore yang cerah di SMPN I Air Molek, siswa – siswa ramai melakukan kegiatan eskul, apalagi sebentar lagi akan ada lomba antarsekolah untuk memperingati hari Kemerdekaan RI. Setiap tahunnya untuk memperebutkan piala Bupati di kecamatan Pasir Penyu. Mereka latihan dengan semangat dan ceria.“ Banu...,aku sama Isna nunggu di sana yaah..” Lisapun berteriak kecil sambil menunjukkankan tangannya ke arah salah satu bawah pohon akasia yang tak jauh dari lapangan basket tempat Lisa dan Isna latihan dan eskul bola basket.“ Okeeee...., bentar lagi yaa...” ujar Banu dari lapangan sepak bola yang berada di sebelah lapangan basket tempat Lisa dan Isna latihan bola basket.Mereka sebenarnya bersahabat sejak kelas dua SMP dan mereka sebenarnya terdiri dari lima orang selain Lisa, Isna dan Banu masih ada dua orang lagi yaitu Neneng dan Robi , kebetulan Neneng hari itu tidak ikut eskul di sekolah karena masih sakit. Persahabatan mereka terus terjalin sampai mereka duduk dikelas tiga SMP, persahabatan mereka masih sama walaupun di antara mereka ada yang berbeda kelas. Mereka mempunyai hobi yang sama yaitu olahraga dan teater. Lisa, Isna dan Neneng sangat menyukai olahraga bola basket sedangkan Banu dan Robi lebih memilih olahraga futsal atau sepak bola, selain itu mereka berlima mengikuti salah satu sanggar Teater yang ada di luar sekolah yaitu “Sanggar Sangrila” yang berada terkenal di sekitar lingkungan mereka tingal.“ Lisa.., Isna.., mari sini...kita kumpul..!” teriak Banu dari kejauhan ditemani Robi menunjuk ke salah satu gawang sepak bola di lapangan itu.“Selesai juga tuh latihannya..” ujar Lisa kepada Isna yang sambil berdiri segera mendekat ke arah Banu .“ Sudah jam setengah lima.., besokkan hari Minggu kita kumpul dulu deh..nggak usah buru – buru pulang” ujar Robi sambil duduk di lapangan dekat gawang sepak bola sambil menikmati es lilin yang baru dibelinya.Mereka setuju untuk bersantai dulu duduk – duduk di lapangan dekat gawang tersebut, sementara teman – teman yang lain sudah mulai tak terlihat karena sudah pulang ke rumah masing – masing.“ Eeeh..., pernah dengar nggak kalau di sebelah lapangan sepak bola belakang sekolah ini ada sebuah danau.” Tiba – tiba Banu berbicara kepada ketiga sahabatnya itu dengan wajah penasaran .“ Ya..aku juga pernah mendengar dan pernah dapat cerita bahwa bila ada yang mendekat ke danau itu akan menghilang dan tidak bisa balik lagi..” ujar Lisa meyakinkan ketiga temannya.“ Apa kalian percaya cerita itu.., walau aku juga pernah mendengar..tapi..aku sendiri tidak percaya..” ujar Isna.“ Masak seeh.., kalau yang aku dengar danau itu dulunya bekas kolam renang peninggalan Belanda zaman dulu yang sudah tak terawat lagi”. Ujar Robi.“...Hmmm..bagaimana kalau kita bersama – sama melihat danau itu..,kan tidak jauh dari lapangan ini, hanya terhalang ilalang saja” Banupun meyakinkan teman – temannya untuk menurutinya.“ Biar kita tidak penasaran dengan cerita – cerita tersebut...!” Robipun mendukung ajakan Banu itu .“ Okee...siapa takut.., kitakan berempat..., biar tahu apa yang sebenarnya ada di danau itu.., “ ujar Lisa penuh semangat.“ Waduuh..., inikan sudah jam lima lewat...apa tidak lain kali aja..”. Seru Isna yang terlihat agak takut dengan ajakan teman – temannya itu.“ Nggak apa – apa kok Is.., sebentar ja..mau yaah”, Lisa meyakinkan Isna. Isnapun akhirnya mengangguk pasrah.Merekapun bersiap – siap untuk pergi mengunjungi danau yang dimaksud dengan berjalan beriringan. “ Kamu deh yang di depan Ban.” ujar Isna mendorong Banu yang ada di sebelahnya. Setelah berada disekitar danau yang dimaksud, danau tersebut memang tertutup ilalang yang lebat hingga tidak banyak orang yang tahu bila di balik ilalang yang lebat itu ada sebuah danau. “ Ayoo...kita masuk sama – sama menepis ilalang ini..” Seru banu mengajak teman – temannya untuk menyingkirkan ilalang sebagai pintu untuk mereka masuk. Dan merekapun bersama – sama menyibak ilalang yang sangat lebat itu dan akhirnya terlihatlah danau yang menjadi omongan orang tersebut.“ Wooow.., sungguh tidak disangka...indah dan tenang juga tempat ini.., “ jerit Lisa sambil sedikit kagum dengan pemandangan yang ada didepannya itu. Air danau yang jernih dan tenang, terdapat sebuah pohon beringin yang akarnya menjulang ke arah danau itu, pinggiran danau terdapat rumput – rumput hijau yang enak untuk bersantai, meski sekelilingnya ditanami pohon sawit dan ilalang yang lebat dan panjang namun angin sore yang bertiup sepoi- sepoi ditambah sepasang angsa berenang di danau itu terlihat tidak sedikitpun tempat itu menakutkan.“ Aku...kesana deh..ingin menyentuh air danau itu” seru Isna yang segera menuju pinggiran sungai untuk membasuh wajahnya. Sedangkan Banu dan Robi langsung berbaring di rumput pinggiran danau tersebut. Lisa sendiripun segera menuju salah salah satu akar pohon beringin yang menjulur di danau itu, seperti ayunan kecil Lisa duduk di akar itu sambil sesekali menceburkan kakinya di air danau tersebut.Tak terasa sudah hampir satu jam mereka berada di danau itu, mataharipun sudah mulai memerah menunjukkan waktu maghrib tiba. Tiba – tiba tanpa menggerakkan akar tersebut, Lisa merasa sepertinya akar tersebut berbunyi dan bergerak seolah – olah ada seseorang yang juga ikut naik ke akar tersebut dan duduk disebelahnya, Lisapun kaget dan memandang sekeliling pohon tersebut.“Tak ada siapa – siapa...tapi mengapa seperti ada yang duduk di sebelahku ya...” Lisapun berkata dalam hati sambil memegang tengkuknya yang terasa mulai merinding.“Iapun segera turun dari ayunan akar pohon tersebut “ Haii..teman – teman..kita pulang yuuk,,” teriak Lisa mengajak teman – temannya untuk segera meninggalkan tempat itu. ““ Eeh...lihat itu ...,air yang tenang itu bergelombang...seperti ada yang melemparkan sesuatu di danau itu.., siapa yang melempar yaa..?.” teriak Robi kaget.“Angsa itu tadi ada dua..., kini tinggal satu...,ada yang lihat nggak kemana angsa yang satunya...” ujar Isna yang mulai dihantui rasa takut.Mereka berempatpun mulai sedikit dilanda takut.” Ya sudah..ayoo kita pulang saja...seru Robi lagi”“ Yaah...mari kita pulang saja.., sudah mulai gelap juga..., jam enam.” seru Banu pada teman – temannya itu. Merekapun bersiap – siap hendak pulang meninggalkan danau itu. Namun tiba – tiba angin berhembus sangat kencang seolah – olah melarang mereka untuk meninggalkan tempat itu, dan berat kaki mereka meninggalkan tempat itu.“ Aduuh..., kalian merasa ada yang aneh nggak...” seru Lisa.“ Iya...sepertinya ada yang memperhatikan kita...tapi siapa yaah..” seru Robi yang turut merasakan hal yang aneh.“ Ayoo..cepat kita tinggalkan tempat ini.!” Isnapun mulai takut dan menarik tangan LisaMereka berdiri dan berlari kecil hendak keluar dari danau tersebut, namun saat sudah berada di depan pintu yang mereka buat tempat mereka masuk tadi, anginpun bertiup kencang kembali. Lisa merasa seperti dipaksa untuk menoleh kebelakang sebelum keluar dari danau itu, sementara di sebelahnya ada Isna yang memegang erat lengannya.“ Banu...ayoo cepat keluar dari sini..” suara Isna sudah ketakutan sambil mendorong Banu yang ada di depannya menyibakkan kembali ilalang tempat mereka masuk ke danau tadi.“Iya...sabar dong..., ayoo Rob..bantu aku.” seru Banu sambil menepis – nepis ilalang yang ada di depannya agar mereka segera cepat keluar dari danau itu.Ketika mereka hendak keluar dari danau itu, Lisa yang paling belakang ditemani Robi penasaran ingin melihat ke belakang ditempat pohon beringin yang ada di sekitar itu.sedangkan Banu dan Isna di depannya sudah akan keluar dari pintu yang mereka buat.“ Rob...aku merasa seperti ada yang melihat kita..” bisik Lisa kepada Robi yang ada di depannya.“iya...,aku juga sama seperti itu” ujar Robi setengah berbisik.Tak lama kemudian Lisa dan Robipun menoleh ke belakang tepatnya ke arah bawah pohon beringin yang ada ditepi danau itu.“Ayoo...lariii cepat...” teriak Lisa secepatnya mendorong teman – teman yang ada di depannya untuk segera lari meninggalkan tempat itu.“Cepaatt lariiii...” teriak Robi dengan kencangnya. Dan merekapun lari terbirit – birit meninggalkan tempat itu, terus berlari tanpa ada yang bertanya kepada Lisa dan Robi.Setelah mereka menjauh dari tempat itu dengan terengah – engah Banupun bertanya kepada Robi “ tadi kamu lihat apa Rob di sana...?”“ Besok aja aku ceritain...ayoo kita pulang..., tuh ada angkot,” ujar Robi menyetop angkot. Lisa dan Isna dan Banupun pun langsung menaiki angkot yang kebetulan cukup untuk mereka berempat namun hanya diam karena masih merasa ketakutan akibat peristiwa yang baru mereka alami tersebut.“ Kok pulangnya sore...habis lari – lari ya..., pada pucat begitu wajahnya Dik...” seru sopir angkot tersebut kepada Lisa. Lisapun hanya diam dan memaksa senyum kepada sopir angkot tersebut.Keesokan harinya tepatnya di hari Minggu Lisa dan ketiga temannya itu berjanji akan bertemu di rumah Isna, mereka berencana akan berkunjung ke rumah salah satu gurunya Pak Ali guru Olahraga di sekolah mereka yang pernah bercerita kepada mereka tentang danau tua itu .Pak Ali pernah bercerita bahwa ada sebuah danau tua di sekitar sekolah mereka tapi bagi yang mendatangi tempat tersebut akan menghilang dan tak bisa kembali dan mereka berniat ingin mengetahui cerita yang sebenarnya tentang danau itu ke guru mereka tersebut. Setiba di rumah Pak Ali . Mereka disambut Pak Ali dan istrinya. “ Bu..ini murid – muridku...,mari masuk..” ujar Pak Ali kepada istrinya dan keempat muridnya tersebut.“ Ada hal penting apa kalian main ke rumah Bapak..” ujar Pak Ali sambil mempersilahkan Lisa dan teman – temannya duduk di kursi ruang tamu rumah Pak Ali.“ Begini Pak.., Apakah Bapak tahu tentang cerita danau tua yang ada di belakang sekolah dekat lapangan futsal itu pak...” Ujar Banu.“ Ada apa...dengan danau itu, apakah kalian pernah kesana.? Pak Ali bertanya sambil heran memandang keempat muridnya tersebut.Lisa, Isna, Banu dan Robipun menceritakan peristiwa yag mereka alami kemarin di danau itu dengan Pak Ali.” Terakhir Lisa melihat sepintas ada sosok menggunakan gaun putih wajahnya tak begitu jelas ada di bawah pohon itu Pak...dan Robipun juga melihat hal yang sama...,kira – kira siapa itu Pak...Hiiii...” Banu menyudahi ceritanya sambil memegang tengkuknya yang serasa merinding.“ Berani sekali kalian mendekati danau tua itu,” ujar Pak Ali setengah tidak percaya bahwa murid – muridnya ini pernah mendekati danau tersebut. “ Tapi Bapak salut juga dengan keberanian kalian.” seru Pak Ali lagi.“ Maaf Pak, Kami hanya penasaran saja ingin tahu apakah cerita – cerita yang kami dengar tentang danau itu benar ada” seru Banu.“ Dahulu ketika zaman penjajahan Belanda, danau itu awalnya merupakan kolam renang milik Belanda, kolam renang itu memang sangat luas. Kebetulan kakek Bapak bekerja dengan orang Belanda itu sebagai Koki. Suatu hari ada peristiwa penembakan di sekitar kolam renang itu, hingga tanpa sengaja salah satu anak Belanda yang lebih kurang seusia kalian tertembak dan terbunuh di kolam itu. Namun tidak ada satupun yang memperdulikan anak tersebut. Sampai akhirnya penjajah Belanda tidak ada lagi di tempat itu, hingga sampai saat ini tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan anak itu.” Ujar Pak Ali bercerita dengan wajah serius.“ Apakah yang kami lihat kemarin adalah arwah atau bayangan anak Belanda itu Pak ?” Ujar Lisa penasaran bertanya ke Pak Ali.“ Bisa jadi..., mungkin ia tidak menginginkan kalian mengganggu tempatnya...atau mungkin ia mencoba berkomunikasi dengan kalian agar menjadi temannya. “ kata Pak Ali.” “ Karena pernah ada anak sekolah yang pernah mengunjungi tempat itu dan akhirnya hilang dan tak kembali, hanya tertinggal tasnya saja di sekitar danau tersebut. Anak itu adalah anakku sendiri..” Ujar pak Ali dengan raut wajah yang sedih. sudah 2 tahun sampai sekarang tak ada kabarnya setelah pencarian di sekitar danau itu”Lisa, Banu, Robi dan Isnapun sedikit terharu mendengar cerita Pak Ali tersebut.” Oh...maaf Pak, semoga Bapak sabar menghadapi cobaan itu ya Pak..” Ujar Lisa.” Maaf bukan maksud kami ingin membuka luka lama Bapak...” Apakah Bapak pernah mendatangi danau itu lagi setelah kejadian yang menimpa anak Bapak itu?.” Ujar Robi penasaran setelah mendengar cerita Pak Ali tadi.“ Yaah..saya berharap anak saya kembali.., tapi itu mustahil..., saya tidak ingin kalian mengalami hal yang sama seperti yang dialami anak Bapak.” ujar Pak Ali penuh khawatir.Setelah mendengar cerita tentang peristiwa danau itu Lisa dan teman – temannyapun sudah tidak pernah mengunjungi danau tersebut, jam empat pulang eskul mereka langsung pulang ke rumah masing – masing cerita yang diceritakan oleh Pak Ali itupun mereka tutupi, seolah – olah tidak pernah ada.




x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Literasi Bulan Oktober

Literasi Dugas kali ini paparan Literasi di lapangan. Paparan Literasi diwakili empat orang siswa dari kelas 7 C dan 7 D, kelas 8 C, dan kel...